Kamis, 22 Juli 2010

Kota Magelang

Kota Magelang


Seperti yang kita tahu, Magelang merupakan kota kecil yang memiliki kehidupan serba sederhana dan terletak pada jalur Jogja-Semarang. Uniknya, kota yang berada di tengah kedua kota besar tersebut memiliki karakter yang bahkan tidak sama dengan keduanya. Magelang memiliki iklim yang sejuk dengan dikelilingi 4 gunung besar, yaitu Gunung Merapi, Sindhoro, Sumbing dan Merapi. Dilihat dari topografinya, Kota Magelang cenderung datar, tetapi bila dikihat secara keseluruhan Kabupaten Magelang, topografinya cenderung berbukit-bukit. Berdasarkan sumber dari www.magelangkota.go.id, terdapat penjelasan yang lebih detail, yaitu bahwa KOTA MAGELANG yang terletak pada ketinggian ± 500m diatas permukaan laut dengan posisi pada 7 ° Lintang Selatan dan 110 ° Bujur Timur, merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang menempati posisi sangat strategis, karena terletak tepat ditengah pulau Jawa dan berada di persimpangan poros utama : Jogjakarta - Semarang ; Jogjakarta - Wonosobo ; Semarang - Kebumen - Cilacap. Jaraknya 76 km dari Semarang dan 42 km dari Jogjakarta.

Ada satu bukit di tengah Kota Magelang yang bisa disebut sebagai landmark Kota Magelang selain Alun-Alun dan Menara Air karya Thomas Karsten. Bukit di tengah Kota itu bernama Bukit Tidar, yang ditutupi oleh Hutan Pinus dan tanaman salak di seluruh badannya. Bisa dibilang bukit unik tersebut merupakan Ruang Terbuka Hijau Kota (RTH) yang di sebelah timurnya terdapat sebuah sungai, yang membagi jalan utama kota menuju Pecinan. Bukit Tidar tersebut sering pula disebut sebagai "Pakuning Jawa" karena berada tepat dia tengah-tengah pulau Jawa. Meski Kota Magelang terkesan sebagi "Kota Desa", tapi suasana Kota akan mulai terasa saat anda memasuki kawasan Pecinan dan Alun-Alun Kota.

Pecinan merupakan terusan dari jalan yang menghubungkan Ringroad Kota Magelang dengan Alun-Alun Kota sehingga terjadi pertumbuhan yang ribbon di sepanjang Pecinan sampai dengan Alun-Alun Kota. Perkembangan Alun-Alun Kota juga terlihat signifikan, terlihat dengan luasnya perubahan land use di sekitar Alun-Alun Kota menjadi area komersil dan naiknya harga sewa maupun harga sewa tanah. Multiflier effect yang terjadi di Kota Magelang terhadap adanya Alun-Alun Kota berpengaruh terhadap perekonomian kota.

Seperti yang kita ketahui, perkembangan suatu kota tidak lepas dari perkembangan perekonomian di kota tersebut. Tapi, perkembangan kota dan ekonomi tersebut harus diimbangi dengan pelestarian lingkungan agar tidak merusak citra kota. Kota Magelang memiliki 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Magelang Selatan, Magelang Tengah, dan Magelang Utara. Dari 3 kecamatan tersebut terdapat 17 Kelurahan, termasuk Kelurahan Cacaban yang merupakan tempat saya tinggal, dan berada di Kecamatan Magelang Tengah, tepat di tengah-tengah kota. Akan tetapi, meskipun saya tinggal di tengah kota, saya tidak merasa sumpek, bising, atau over-crowded seperti layaknya kota-kota lainnya. Inilah mengapa saya menyebut Kota Magelang sebagai "Kota Desa".

Menjual Kota Magelang. Ya, bagaimanakah Kota Magelang dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk pada akhirnya dikenal masyarakat luas. Kota Magelang memiliki pariwisata yang cukup dikenal, yaitu Taman Kyai Langgeng. Magelang memiliki citra kota yang alami yang berbeda dengan kota lainnya. Sebagai kota kecil yang dilewati jalur Jogja-Semarang, Kota Magelang dapat dijadikan Transit Area Development untuk acuan pengembangannya, digabung dengan memajukan pariwisata alam dan keaslian kota. Apabila pengembangan Kota Magelang dilakukan sesuai dengan kawarkteristik wilayahnya, terutama kondisi topografi, alam, dan landscape kota, maka harmonisasi perkembangan ekonomi, kota dan kelestarian alam insya Allah dapat tercapai.

Tidak ada komentar: